Pengendalian Rayap

Injeksi Rayap

Pengendalian rayap pada bangunan selama ini mengenal dua metode, yang meliputi metode pra-konstruksi dengan bahan kimia dan tanpa bahan kimia (penghalang fisik), metode pasca konstruksi dengan injeksi dan pengumpanan. Saat ini penelitian pengendalian rayap semakin berkembang, tidak hanya dengan bahan kimia tetapi dengan bahan alam, penggunaan jamur entomopatogen, nematoda entomopatogen serta penggunaan gelombang elektromagnetik.


Langkah utama dalam pengendalian rayap pada bangunan adalah melakukan inspeksi secara menyeluuh pada bangunan. Dapat dinyatakan bahwa Kesuksesan pengendalian rayap dimulai dari pengamatan/monitoring menyeluruh. Hal ini disebab kan karena rayap tidak mudah dideteksi, kesalahan deteksi bisa berakibat pengeluaran biaya tinggi (bagi perusahaan maupun konsumen) dan inspeksi yang tepat dapat mengurangi keluhan atau kunjung ulang. Kegiatan inspeksi dilakukan untuk menentu kan lokasi aktivitas rayap; titik-titik masuk rayap pada bangunan; area potensial serangan rayap; tempat-tempat potensial sarang rayap dan area-area yang sulit dijangkau perlakuan.

Kegiatan inspeksi dimulai dari mempelajari denah konstruksi bangunan. Pada denah agar ditentukan ukuran/dimensi, tipe pondasi, sleb, dll ; lokasi kerusakan akibat rayap, jalur rayap, sayap, atau rayap aktifnya ; hama-hama kayu selain rayap ; kondisi-kondisi yang disukai rayap (spt: kelembaban, kontak kayu-tanah, ventilasi, dll) ; lokasi sambungan-sam bungan, retakan, saluran air, slab, dll ; lokasi-lokasi yang “sulit” : sistem pembuangan air, saluran AC, jaringan kelistrikan, dll serta spesifikasi perlakuan. Sangat penting untuk mengamati struktur eksternal dan internal bangunan untuk mengetahui tanda-tanda aktivitas rayap, kerusakan kayu/bangunan, saluran-saluran keluar rayap dan titik-titik masuk potensial Pada Saat ditemukan aktivitas rayap usahakan jangan sampai aktivitas rayap terganggu dan telusuri jejak rayap hingga titik tempat masuk atau sarang.

PRA KONSTRUKSI
Perlakuan pra konstruksi ditujukan untuk mencegah masuknya rayap ke dalam bangunan gedung. Secara umum tindakan penanggulangan bahaya rayap pra konstruksi dapat dilakukan dengan :
a. pendekatan rancang bangunan bangunan gedung tahan rayap
b. penggunaan kayu awet atau diawetkan melalui tindakan pengawetan kayu
c. pemberian perlakuan tanah sebagai penghalang kimia (chemically treated soil barriers)
d. penggunaan penghalang fisik di bagian pondasi bangunan untuk mencegah serangan rayap.

Pendekatan rancang bangun ditujukan untuk menciptakan bangunan gedung yang secara fisik sukar ditembus oleh rayap serta menciptakan kondisi bangunan gedung yang tidak disukai oleh rayap. Pengawetan kayu dapat dilakukan dengan pelaburan bahan pengawet pada kayu atau perendaman kayu di dalam bahan pengawet. Penggunaan penghalang fisik yang telah digunakan secara komersil adalah penggunaan lapisan kawat baja (termi-mesh) pada bagian pondasi yang tidak dapat ditembus oleh ryap dan penggunaan pasir dengan ukuran partikel tertentu sehingga tidak dapat ditembus oleh rayap (Shelton et al, 2007).
Sementara itu, perlakuan tanah pra konstruksi merupakan teknik pemberian perlindungan bangunan dengan penghalang kimia pada permukaan tanah yang diaplikasikan melalui penyemprotan termitisida dengan tekanan rendah pada proses pembangunan konstruksi. Perlakuan tanah dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan tipe konstruksi bangunan gedung. Cara perlakuan kimia tanah diterapkan pada bangunan yang pondasinya tidak dilengkapi dengan sloof beton bertulang adalah sebagai berikut :


A. Perlakuan Pada Pondasi

a. Setelah parit pondasi selesai digali, dasar parit disemprot larutan termitisida dosis 5 liter larutan termitisida per meter panjang pondasi 

b. Setelah pondasi tersusun dan pengurugan mencapai setengahnya dilakukan penyemprotan tanah urugan (back fill) di kedua sisi pondasi. Jumlah larutan semprot pada masing-masing sisi 5 liter larutan termitisida per panjang pondasi 

c. Setelah parit pondasi berikut balok pondasi diurug, pada kedua sisinya disemprot kan larutan termitisida dengan dosis 5 liter per meter.

B. Tanah yang akan ditutup lantai

a. Penyemprotan tanah yang akan ditutup lantai dilaksanakan secara merata dengan dosis 5 liter per meter persegi tanah permukaan (Gambar 5).

b. Segera setelah selesai penyemprotan, tanah harus terlindung dari hujan atau paparan sinar matahari langsung.

c. Tidak dibolehkan mengurug kembali tanah yang telah diberi perlakuan, jika terpaksa diperlukan tanah urugan harus diberi perlakuan terlebih dahulu.

C. Komponen Bangunan Lain

a. Bagian pipa saluran instalasi dan drainase yang masuk dan keluar bangunan yang ditanam di bawah tanah, harus diselubungi tanah anti rayap, agar tidak di pergunakan sebagai jalan masuk rayap ke dalam bangunan dengan dosis 7,5 liter per meter persegi.

b. Tanah yang bersentuhan dengan bagian teras dan tangga masuk diberi perlakuan tanah dengan dosis 5 liter permeter persegi.

PASCA KONSTRUKSI

Pelaksanaan penanggulangan bahaya rayap pasca konstruksi hendaklah diawali dengan kegiatan pemeriksaan serangan rayap untuk menentukan intensitas serangan yang terjadi, jenis rayap perusak bangunan, dan volume pekerjaan yang akan dilakukan.Hasil pemeriksaan tersebut diperlukan untuk menentukan teknik penanggulangan bahaya rayap yang terbaik. Penanggulangan bahaya rayap pasca konstruksi dapat dilakukan dengan cara perlakuan tanah, teknik pengumpanan, perlakuan kayu, dan perbaikan elemen bangunan yang mengalami kerusakan.

A. Penanggulangan dengan Cara Perlakuan Tanah Pada Bangunan

a. Pengeboran pada lantai
Lantai sepanjang kedua sisi dinding sejauh 0,15 meter dari dinding dibor dengan jarak antar lubang 0.40 meter.

b. Pengeboran pada dinding
Perlakuan pada dinding diberikan apabila tanah yang seharusnya diberi perlakuan terdapat sumber air dan jaringan pipa saluran air kotor yang sulit diketahui serta pada dinding yang berhimpitan dengan bangunan lain.

c. Pengeboran pada retakan struktur
Semua retakan dan lubang serangga pada struktur atau pada bagian yang diduga merupakan jalan masuknya rayap di-bor.

d. Pelaksanaan injeksi
Dengan injektor yang sesuai ukurannya larutan termitisida diinjeksikan lewat lubang-lubang bor dengan tekanan sedang sampai volume yang ditentukan terpenuhi atau sampai larutan keluar dari lubang berikutnya.

B. Penanggulangan dengan Cara Pengumpanan


Pengumpanan merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini. Teknologi ini sesungguhnya telah dikenal sejak lama, Esenther dan Coppel (1964) menggunakan umpan beracun untuk mengendalikan rayap tanah, kemudian beberapa peneliti mengadopsi teknologi umpan tersebut untuk melakukan monitoring dan pengendalian. Bahan aktif yang digunakan adalah bahan kimia yang menghambat pertumbuhan khitin rayap (Chitin synthesis inhibitor’s) seperti hexaflumuron, diflubenzuron, dll. Metode pengumpanan pada prinsipnya mengguna kan sifat biologis rayap yaitu sifat tropalaksis dan grooming dalam mendistribusi kan racun pada anggota koloninya. Oleh karena bahan aktif yang digunakan haruslah bersifat slow action sehingga menjamin tersebarnya racun kepada seluruh anggota koloni.Pelaksanaan pengumpanan pada bangunan gedung dilakukan dengan peralatan umpan rayap yang meliputi stasiun tempat umpan rayap, umpan rayap untuk di luar ruangan dan umpan rayap untuk di dalam ruangan. Metode Pengumpanan mensyaratkan monitoring secara berkala untuk memastikan koloni rayap telah dapat dieliminasi secara menyeluruh pada bangunan.