Membasmi koloni rayap sebagai hama perusak



Sudah sejak lama rayap diidentikan dengan terjadinya kerusakan pada bangunan, komponen kayu dalam rumah, buku, arsip, dokumen serta beberapa jenis tanaman pertanian atau perkebunan yang tidak luput dari serangganya. Perlu diketahui, dari seluruh jenis rayap yang sudah dikenal (2000 jenis) yang terbagi dalam 7 famili, 15 sub-famili, dan 200 genus. Tidak semuanya bertindak sebagai hama perusak. Dari keseluruhan jumlah itu, jenis rayap perusak hanya 100. Jenis rayap yang termasuk dalam kategori perusak ganas ada 47, yaitu 6 jenis dari famili Kalotermitidae (rayap kayu kering), 25 jenis dari famili Rhinothermitidae (rayap kayu basah), 1 jenis dari famili mastothermitidae (rayap tanah), dan 15 jenis dari famili termitidae (rayap tanah). 

Dari keterangan di atas sebagian besar rayap yang sudah teridentifikasi, tidak semuanyamerupakan jenis rayap perusak dan menjadi musuh manusia. Malah kalau diperhatikan, hampir semua jenis rayap yang dikenal itu menguntungkan manusia. Sebenarnya, rayap bisa berfungsi sebagai pembersih dan pengurai sampah alam di dalam hutan dan berperan untuk menyuburkan tanah. Selain itu, tidak semua rayap bersarang di tempat hunian manusia. Koloni rayap juga banyak ditemukan di hutan, perkebunan, dan area lain yang bukan pemukiman manusia. Kasta rayap yang terlibat langsung dalam proses pengrusakan aset milik manusia adalah kasta pekerja. Berikut beberapa kategori rayap perusak berdasarkan jenis materi yang diserang :

A. Rayap perusak tanaman
Serangga rayap pada tanaman bisa mengakibatkan kerusakan fisik dan akan mengganggu perakaran tanaman. Jika perakaran tanaman terganggu, supplai hara dan air akan terhambat, serta tanaman menjadi rentan terhadap serangan penyakit. Jika dilihat sepintas, serangan rayap pada tanaman tidak bisa dipantau secara cermat sejak awal. Serangan rayap perusak pada tanaman biasanya dimulai dari akar atau leher akar, kemudian merembet ke bagian batang tanaman melalui liang kembara yang dibangun rayap. Indikasi lanjut adanya serangan rayap pada tanaman adalah terjadinya perubahan warna daun akibat terganggunya metabolisme tanaman yang akan menyebabkan tanaman mati.

Dari semua jenis rayap yang ada, tidak kurang dari 300 jenis rayap di dunia yang akan berperan sebagai hama perusak tanaman, baik tanaman pertanian, tanaman hias, tanaman perkebunan, maupun tanaman kehutanan. Di Indonesia ada 20 jenis rayap yang dikenal sebagai rayap perusak tanaman. Berikut ini diantaranya :
a. Coptothermes
Jenis rayap ini sebagian besar menyerang tanaman perkebunan seperti kelapa, karet, kelapa sawit, dan kakao. Rayap coptothermes termasuk jenis hubteran dari famili Rhinothermitidae. Mereka hidup di dalam tanah yang banyak mengandung bahan berlignoselulosa seperti kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang sudah mati maupun yang masih hidup. 

DI daerah Sumatra, jenis rayap perusak ini juga menyerang beberapa perkebunan karet, terutama tanaman karet yang berumur 1 sampai 2 tahun hingga menyebabkan kematian. Rayap perusak ini merupakan jenis yang menyerang tanaman karet yang masih hidup di Indonesia dan Malaysia. Bahkan, rayap perusak ini juga menyerang kebun tanaman buah seperti pepaya, durian, mangga, apel, dan anggur. Di samping itu jenis rayap ini menyerang tegakan pinus merpusii dan pinus karibae. 

Tanaman yang terserang rayap jenis coptothermes secara kasat mata masih terlihat hidup. Namun, tanaman tersebut sebenarnya sudah tidak memiliki kekuatan untuk menahan tiupan angin yang besar sehingga mudah tumbang.


b. Neothermes tectonae
Rayap ini kebanyakan meyerang tegakan jati (tectona grandis). Rayap neothermes tectonae (famili Kalothemitidae) termasuk jenis rayap pohon yang menyerang pohon hidup. Rayap ini bersarang di dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Ciri tanaman jati yang terserang rayap Neothermes tectonae adalah timbulnya pembengkakan di bagian batang (batang bonggol). Sebenarnya, di dalam kayu jati mengandung zat anti rayap alami yang disebut tectouinon. Namun, rayap jenis ini masih mampu menembus ke dalam batang tegakan jati yang masih banyak mengandung selulosa. 

Serangan rayap neothermes tectonae semakin menghebat dalam beberapa dekade terakhir. Di daerah Jawa Timur, total kerugian ekonomi akibat serangan rayap perusak mencapai 45,4 milyar rupiah. DI daerah KPH kebon harjo, rayap menyerang hampir 60% dan 70% tegakan jati yang berumur 30 dan 40 tahun. 

c. Macrothermes Gilvus
Tanaman yang banyak diserang oleh jenis rayap perusak ini adalah kayu putih (melaleckaleucadendron). Kayu putih mampu menghasilkan minyak atsiri yaitu minyak kayu putih (cajeput oil). Seperti jenis rayap perusak lainnya, serangan rayap macrothermes gilvus pada tanaman kayu putih menyebabkan kerusakan dan kematian hampir 60%. Keadaan ini sangat merugikan karena dapat menurunkan produktifitas minyak kayu putih yang merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi Indonesia.

Rayap macrothermes gilvus juga menyerang tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa dan kelapa sawit. Namun, tingkat serangannya tidak sampai menyebabkan kematian pada tanaman.


d. Rayap perusak lainnya
Selain jenis rayap perusak di atas, masih ada beberapa jenis rayap perusak lain yang cukup merugikan manusia yaitu famili Rhinothermitidae, Kalothermitidae dan Thermitidae. Tanaman yang diserang yaitu tanaman hias seperti mawar, tanaman musiman, tanaman tahunan, dan tanaman hortikultura. Ada juga beberapa jenis rayap perusak yang menyerang tanaman seperti tebu, teh, jeruk, kapas, cengkeh, dan kopi. Banyak faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kerusakan yang diakibatkan serangan rayap perusak pada tanaman. Faktor tersebut diantarany kondisi tanaman, karakteristik habitat tanaman, dan tingkat referensi (kesukaan) rayap terhadap jenis tanaman tertentu.

Rayap perusak tanaman biasanya lebih sering menyerang tanaman eksotik (tanaman yang didatangkan dari luar daerah) dibandingkan dengan tanaman lokal. Selain itu, tanaman di daerah dataran rendah juga lebih sering terserang rayap dibandingkan dengan tanaman di dataran tinggi. 

Adanya serangan rayap pada tanaman tidak dapat dilihat sejak awal karena bagian yang biasa diserang ada di bawah permukaan tanah dan serangan dimulai dari akar tanaman. 

Jasa pengendalian anti Rayap (termite control)
 I. SISTEM SEMPROT & INJEKSI
Metode : Chemical Barrier System (CBS)
a. Untuk bangunan yang belum dibangun (Pre-Construction Building). Injeksi di sekeliling pondasi yang berguna untuk mencegah rayap naik dari pondasi. Garansi anti rayap untuk bangunan yang belum dibangun adalah 5 tahun.
b. Untuk bangunan yang sudah dibangun (Post-Construction Building)
Cakupan hama : Semua Jenis Rayap Tanah (Subterranean Termites). Injeksi dengan mengebor lantai di sekeliling pondasi bangunan. Garansi anti rayap untuk bangunan yang sudah jadi adalah 3 tahun.

II. Sistem Pengumpanan
Metode ini ditujukan untuk mengatasi rayap yang sudah naik dari pondasi ke atap.
Cakupan hama : Rayap Tanah (Subterranean Termite) jenis Coptotermes Sp.
Garansi untuk system pengumpanan adalah 1 tahun / selama kontrak.

Untuk menentukan system mana yang akan diterapkan harus melalui proses survey ke lokasi terlebih dahulu. Surveyor kami akan menganalisa jenis rayap yang akan ditangani sehingga dapat ditentukan system penanganan rayap yang tepat sasaran.


Injeksi rayap untuk gudang



Rayap merupakan serangga yang sudah akrab dengan manusia.Namun, rayap selalu diidentikan sebagai hama perusak bangunan, perumahan, arsip buku, tanaman dan sebagainya. Padahal pada awalnya rayap merupakan serangga yang berperan sebagai pembersih sampah alam.

Namun, setelah terganggunya habitat rayap, untuk menjaga kelangsungan hidupnya mereka mulai masuk ke pemukiman manusia guna mencari sumber makanan. Kerugian akibat serangga rayap perusak di Indonesia bisa mencapai 224 sampai 238 milyar rupiah per tahun. Berbagai cara telah dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan serangan rayap perusak, baik secara alami, mekanis, maupun kimia.

Jika kita perhatikan, pada awal musim hujan banyak laron (rayap kasta reproduktif) yang beterbangan keluar dari sarangnya dan mengelilingi lampu.Aktifitas tersebut merupakan pengaruh adanya perubahan di dalam sarang (koloni) rayap. 

Laron yang terbang secara acak dan berkelompok akan berusaha melepaskan sayapnya dengan jalan menggoyang-goyangkan tubuhnya dan menggerakan sayap seperti hendak terbang. Ketika sayap telah lepas, aktifitas kawin (mencari pasangan) akan dimulai. Sering terlihat pasangan laron yang berjalan beriringan. Laron betina (calon ratu) berjalan di depan dan laron jantan (calon raja) mengikuti di belakangnya. PAsangan laron tersebut akan mencari tempat yang cocok untuk dijadikan sarang guna membangun koloni baru (proses populasi awal). 

Beberapa jenis rayap seperti kalotermes melakukan populasi setelah 10 sampai 12 hari, jenis coptothermes 1 sampai 3 hari, sedangkan jenis macrothermes 3 sampai 8 hari. Setelah mulai bertelur menghasilkan koloni rayap baru untuk memperbesar koloni. Adahal unik yhang terjadi pada ratu rayap yaitu umurnya bisa mencapai 20 tahun, bahkan 50 tahun lebih lama dibandingkan dengan umur raja rayap. Ukuran badan ratu rayap pun lebih besar (khususnya bagian abdomen atau perut) dibandingkan dengan ukuran badan raja rayap.


PENGENDALIAN RAYAP

Cakupan Hama          :  Semua Jenis Rayap Tanah (Subterranean Termites) 
Metode                       :  Chemical Barier System ( system chemical/system suntik )
                                       Termite Baiting System ( System Umpan )

A. Chemical Barier System ( CBS )
Aplikasi CBS dapat dilakukan untuk bangunan yang belum berdiri (Pra Konstruksi) maupun bangunan yang sudah jadi (Post Konstruksi) menggunakan Termitisida yang terpilih sehingga selain mengeliminasi rayap yang ada system ini juga sekaligus melindungi serangan rayap dikemudian hari.

B. Termite Baiting System ( TBS )
Aplikasi TBS dilakukan apabila system CBS tidak dapat dilakukan atau dianggap system CBS tidak dapat maksimal di suatu tempat. Adapun system TBS ini adalah pemasangan umpan di jalur aktif rayap yang diharapkan rayap aktif jenis pekerja yang ada memakan umpan yang dipasang dan mentransfer keseluruh koloni sehingga satu koloni tereliminasi.


METODE PELAKSANAAN TERMITE BAITING SYSTEM

Di Indonesia pada umumnya ada tiga jenis rayap tanah yang paling sering menyerang bangunan antara lain rayap tanah jenis macrotermes, microtermes, dan coptotermes. Rayap tanah hidup dan berkembang biak optimal didalam tanah pada kedalaman 1 – 2 meter. Rayap membangun kerajaannya dengan cara berkoloni dan hidup secara berkasta. Kasta tertinggi adalah ratu dan raja, tentara, dan pekerja merupakan kasta terendah. Kasta pekerja yang bertugas merawat dan memberi makan kasta-kasta lain dalam satu koloni. Sifat transfer makanan dari rayap satu ke ribuan rayap lainnya adalah cara kerja mereka sehingga meyebabkan kecepatan kerusakan terhadap bahan bahan yang mengandung sellulosa seperti, kayu, kertas karpet, kabel dll yang merupakan makanan pokok rayap. Tingkat kerusakan dan daya jelajah dari tiga jenis rayap tanah yang paling hebat adalah jenis Coptotermes. Berdasarkan hasil survey dan kondisi bangunan yang sudah terinfestasi rayap maka kami merekomendasikan tindakan pengendalian dengan sistem pengumpan (Termite baiting system).

Adapun keuntungan dari TBS ini sehingga kami merekomendasikan dengan system tersebut adalah :

A.  Termite Baiting System tidak akan mengganggu atau merubah struktur  bangunan yang ditempati. Dengan sistem ini tidak perlu melakukan pengeboran pada interior maupun exterior.
B.   Termite Baiting System tidak hanya membentengi bangunan dari serangan  rayap, namun dapat memusnahkan koloni rayap.
C.    Dapat memberikan proteksi dari serangan rayap selama mungkin.
D.    System ini sangat cocok untuk highrise building.

METODE PELAKSANAAN TERMITE BAITING SYSTEM

Metode  : Termite Baiting System (TBS) dengan menggunakan metode pengumpanan.
Cakupan hama :   Rayap Tanah (Subterranean Termite) jenis Coptotermes Sp dan rayap jenis macro / micro.

PROSEDUR PEKERJAAN
a. Installation
Dilakukan pemasangan sistem pengumpanan pada lokasi :
• Above-Ground Station (AG)
Stasiun umpan yang dipasang langsung pada bangunan yang terserang. (hanya dipasang jika sudah ada serangan rayap aktif). Berisikan racun rayap berbentuk tissue yang disukai rayap.

• In-Ground Station (IG)
Stasiun umpan yang ditanam ke dalam tanah di sekeliling bangunan setiap ± 5-8 m. Stasiun umpan berisikan kayu umpan untuk memancing rayap yang sedang mencari makanan.


b. Monitoring
Dilakukan pemeriksaan rutin pada In-Ground Station tiap 2 minggu sekali. Jika ditemukan adanya serangan rayap aktif pada kayu umpan, maka kayu umpan diganti dengan recuit II.  Monitoring juga dilakukan pada Above-Ground Station untuk memastikan apakah umpan telah termakan dan jumlah umpan masih mencukupi sampai monitoring selanjutnya. Pada saat melakukan monitoring, dilakukan pula inspeksi pada area disekitar station dan area kritikal lainnya untuk mengetahui adanya infestasi rayap baru.

c. Elimination
Dilakukan pemeriksaan rutin & penambahan tissue di dalam In-Ground & Above-Ground Station tiap 2 minggu sampai koloni rayap habis tereliminasi (umumnya 3-6 bulan)


d. Monitoring Lanjutan
Setelah proses eliminasi koloni selesai, teknisi akan tetap melakukan monitoring pada Above-Ground Station dan mengganti Recruit II pada In-Ground Station dengan WMD / kayu umpan kembali.
Umpan Rayap

Sistem Pengumpanan Rayap



Sistem Pengumpanan Rayap

Sistem Pengumpanan Rayap diterapkan pada bangunan yang sudah terserang rayap dan ditemukan jalur rayap aktif. Sistem Pengumpanan Rayap dapat mengeliminasi koloni rayap secara total dalam hal ini semua jenis rayap dalam koloni mulai dari ratu, raja, pekerja dan jenis rayap prajurit terelminasi semuanya.

Sistem Pengumpanan Rayap biasanya memakan waktu sampai dengan 6 bulan untuk mengeliminasi koloni rayap. Hal ini karena Sistem Pengumpanan Rayap mematikan rayap secara perlahan dengan tujuan agar satu koloni rayap dapat dieliminasi.

Dalam menerapkan Sistem Pengumpanan Rayap sebaiknya dilakukan survey dahulu ke lokasi. Hal ini bertujuan agar jumlaj Sistem Pengumpanan Rayap yang akan diterapkan dapat tepat sasaran.

Adapun untuk biaya Sistem Pengumpanan Rayap dapat berkisar antara Rp 5 - 7 juta untuk masa kontrak 1 tahun. Biasanya penentuan biaya ini tergantu dari hasi survey dan berapa jumlah titik rayap aktifnya.


Pengumpanan Rayap




Pengumpanan Rayap

SIstem pengumpanan rayap adalah cara yang ampuh untuk membasmi koloni rayap. Pemasangan umpan rayap tersebut harus pada jalur rayap yang aktif agar dapat mengalihkan perhatian jenis rayap pekerja dalam mencari makanan. Umpan rayap mengandung hexaflumorin yang dapat mematikan rayap secara perlahan-lahan. Hal ini bertujuan agar umpan yang dimakan rayap pekerja dapat sampai pada ratunya sehingga koloni rayap tersebut dapat tereliminasi total.

Masa Eliminasi Koloni Rayap

Untuk masa eliminasi koloni rayap dengan sistem pengumpanan rayap ini berkisar antara 3 sampai 6 bulan.  Hal ini tergantung dari banyaknya populasi rayap dalam koloni. Unpan rayap yang terpasang harus dimonitoring setiap 2 minggu sekali. Apabila umpannya habis maka harus ditambah lagi. Hal ini dilakukan secara terus-menerus sampai koloni rayap eliminasi total.
\

Makanan Rayap



Koloni rayap selalu berada di dalam tanah. Namun bila rayap mencari makanan dapat naik ke dalam rumah / bangunan bertingkat sekalipun. Terutama jenis rayap coptothermes dapat naik sampai ketinggian bangunan 30 lantai dalam mencari makanan untuk koloni rayap. 

Dalam hal ini rayap memiliki kebiasaan yang disebut trofalaksis yaitu mereka akan saling memberikan makanan ke rayap lainnya dengan cara saling berciuman apabila bertemu. Hal inilah yang dapat dijadikan sarana untuk memberantasnya. 

Banyak perusahaan jasa anti rayap / pest control menggunakan cara sistem pengumpanan rayap apabila ditemukan jalur rayap aktif di dalam bangunan. Proses eliminasi koloni rayap tersebut antara 3 sampai 6 bulan.


Pengendalian Rayap

Injeksi Rayap

Pengendalian rayap pada bangunan selama ini mengenal dua metode, yang meliputi metode pra-konstruksi dengan bahan kimia dan tanpa bahan kimia (penghalang fisik), metode pasca konstruksi dengan injeksi dan pengumpanan. Saat ini penelitian pengendalian rayap semakin berkembang, tidak hanya dengan bahan kimia tetapi dengan bahan alam, penggunaan jamur entomopatogen, nematoda entomopatogen serta penggunaan gelombang elektromagnetik.


Langkah utama dalam pengendalian rayap pada bangunan adalah melakukan inspeksi secara menyeluuh pada bangunan. Dapat dinyatakan bahwa Kesuksesan pengendalian rayap dimulai dari pengamatan/monitoring menyeluruh. Hal ini disebab kan karena rayap tidak mudah dideteksi, kesalahan deteksi bisa berakibat pengeluaran biaya tinggi (bagi perusahaan maupun konsumen) dan inspeksi yang tepat dapat mengurangi keluhan atau kunjung ulang. Kegiatan inspeksi dilakukan untuk menentu kan lokasi aktivitas rayap; titik-titik masuk rayap pada bangunan; area potensial serangan rayap; tempat-tempat potensial sarang rayap dan area-area yang sulit dijangkau perlakuan.

Kegiatan inspeksi dimulai dari mempelajari denah konstruksi bangunan. Pada denah agar ditentukan ukuran/dimensi, tipe pondasi, sleb, dll ; lokasi kerusakan akibat rayap, jalur rayap, sayap, atau rayap aktifnya ; hama-hama kayu selain rayap ; kondisi-kondisi yang disukai rayap (spt: kelembaban, kontak kayu-tanah, ventilasi, dll) ; lokasi sambungan-sam bungan, retakan, saluran air, slab, dll ; lokasi-lokasi yang “sulit” : sistem pembuangan air, saluran AC, jaringan kelistrikan, dll serta spesifikasi perlakuan. Sangat penting untuk mengamati struktur eksternal dan internal bangunan untuk mengetahui tanda-tanda aktivitas rayap, kerusakan kayu/bangunan, saluran-saluran keluar rayap dan titik-titik masuk potensial Pada Saat ditemukan aktivitas rayap usahakan jangan sampai aktivitas rayap terganggu dan telusuri jejak rayap hingga titik tempat masuk atau sarang.

PRA KONSTRUKSI
Perlakuan pra konstruksi ditujukan untuk mencegah masuknya rayap ke dalam bangunan gedung. Secara umum tindakan penanggulangan bahaya rayap pra konstruksi dapat dilakukan dengan :
a. pendekatan rancang bangunan bangunan gedung tahan rayap
b. penggunaan kayu awet atau diawetkan melalui tindakan pengawetan kayu
c. pemberian perlakuan tanah sebagai penghalang kimia (chemically treated soil barriers)
d. penggunaan penghalang fisik di bagian pondasi bangunan untuk mencegah serangan rayap.

Pendekatan rancang bangun ditujukan untuk menciptakan bangunan gedung yang secara fisik sukar ditembus oleh rayap serta menciptakan kondisi bangunan gedung yang tidak disukai oleh rayap. Pengawetan kayu dapat dilakukan dengan pelaburan bahan pengawet pada kayu atau perendaman kayu di dalam bahan pengawet. Penggunaan penghalang fisik yang telah digunakan secara komersil adalah penggunaan lapisan kawat baja (termi-mesh) pada bagian pondasi yang tidak dapat ditembus oleh ryap dan penggunaan pasir dengan ukuran partikel tertentu sehingga tidak dapat ditembus oleh rayap (Shelton et al, 2007).
Sementara itu, perlakuan tanah pra konstruksi merupakan teknik pemberian perlindungan bangunan dengan penghalang kimia pada permukaan tanah yang diaplikasikan melalui penyemprotan termitisida dengan tekanan rendah pada proses pembangunan konstruksi. Perlakuan tanah dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan tipe konstruksi bangunan gedung. Cara perlakuan kimia tanah diterapkan pada bangunan yang pondasinya tidak dilengkapi dengan sloof beton bertulang adalah sebagai berikut :


A. Perlakuan Pada Pondasi

a. Setelah parit pondasi selesai digali, dasar parit disemprot larutan termitisida dosis 5 liter larutan termitisida per meter panjang pondasi 

b. Setelah pondasi tersusun dan pengurugan mencapai setengahnya dilakukan penyemprotan tanah urugan (back fill) di kedua sisi pondasi. Jumlah larutan semprot pada masing-masing sisi 5 liter larutan termitisida per panjang pondasi 

c. Setelah parit pondasi berikut balok pondasi diurug, pada kedua sisinya disemprot kan larutan termitisida dengan dosis 5 liter per meter.

B. Tanah yang akan ditutup lantai

a. Penyemprotan tanah yang akan ditutup lantai dilaksanakan secara merata dengan dosis 5 liter per meter persegi tanah permukaan (Gambar 5).

b. Segera setelah selesai penyemprotan, tanah harus terlindung dari hujan atau paparan sinar matahari langsung.

c. Tidak dibolehkan mengurug kembali tanah yang telah diberi perlakuan, jika terpaksa diperlukan tanah urugan harus diberi perlakuan terlebih dahulu.

C. Komponen Bangunan Lain

a. Bagian pipa saluran instalasi dan drainase yang masuk dan keluar bangunan yang ditanam di bawah tanah, harus diselubungi tanah anti rayap, agar tidak di pergunakan sebagai jalan masuk rayap ke dalam bangunan dengan dosis 7,5 liter per meter persegi.

b. Tanah yang bersentuhan dengan bagian teras dan tangga masuk diberi perlakuan tanah dengan dosis 5 liter permeter persegi.

PASCA KONSTRUKSI

Pelaksanaan penanggulangan bahaya rayap pasca konstruksi hendaklah diawali dengan kegiatan pemeriksaan serangan rayap untuk menentukan intensitas serangan yang terjadi, jenis rayap perusak bangunan, dan volume pekerjaan yang akan dilakukan.Hasil pemeriksaan tersebut diperlukan untuk menentukan teknik penanggulangan bahaya rayap yang terbaik. Penanggulangan bahaya rayap pasca konstruksi dapat dilakukan dengan cara perlakuan tanah, teknik pengumpanan, perlakuan kayu, dan perbaikan elemen bangunan yang mengalami kerusakan.

A. Penanggulangan dengan Cara Perlakuan Tanah Pada Bangunan

a. Pengeboran pada lantai
Lantai sepanjang kedua sisi dinding sejauh 0,15 meter dari dinding dibor dengan jarak antar lubang 0.40 meter.

b. Pengeboran pada dinding
Perlakuan pada dinding diberikan apabila tanah yang seharusnya diberi perlakuan terdapat sumber air dan jaringan pipa saluran air kotor yang sulit diketahui serta pada dinding yang berhimpitan dengan bangunan lain.

c. Pengeboran pada retakan struktur
Semua retakan dan lubang serangga pada struktur atau pada bagian yang diduga merupakan jalan masuknya rayap di-bor.

d. Pelaksanaan injeksi
Dengan injektor yang sesuai ukurannya larutan termitisida diinjeksikan lewat lubang-lubang bor dengan tekanan sedang sampai volume yang ditentukan terpenuhi atau sampai larutan keluar dari lubang berikutnya.

B. Penanggulangan dengan Cara Pengumpanan


Pengumpanan merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini. Teknologi ini sesungguhnya telah dikenal sejak lama, Esenther dan Coppel (1964) menggunakan umpan beracun untuk mengendalikan rayap tanah, kemudian beberapa peneliti mengadopsi teknologi umpan tersebut untuk melakukan monitoring dan pengendalian. Bahan aktif yang digunakan adalah bahan kimia yang menghambat pertumbuhan khitin rayap (Chitin synthesis inhibitor’s) seperti hexaflumuron, diflubenzuron, dll. Metode pengumpanan pada prinsipnya mengguna kan sifat biologis rayap yaitu sifat tropalaksis dan grooming dalam mendistribusi kan racun pada anggota koloninya. Oleh karena bahan aktif yang digunakan haruslah bersifat slow action sehingga menjamin tersebarnya racun kepada seluruh anggota koloni.Pelaksanaan pengumpanan pada bangunan gedung dilakukan dengan peralatan umpan rayap yang meliputi stasiun tempat umpan rayap, umpan rayap untuk di luar ruangan dan umpan rayap untuk di dalam ruangan. Metode Pengumpanan mensyaratkan monitoring secara berkala untuk memastikan koloni rayap telah dapat dieliminasi secara menyeluruh pada bangunan.