Koloni Rayap |
Untuk itu rayap mengupayakan agar udara beredar di sarangnya melalui saluran-saluran khusus dan menggunakan air dari saluran bawah tanah yang telah mereka gali. Dengan cara itulah mereka mengatur suhu dan kelembaban sarangnya. Pernahkah kalian menyadari betapa sulitnya mengerjakan hal ini? Pernahkah kalian menyadari bahwa untuk itu rayap harus melakukan berbagai hal yang harus dipikirkan seksama dan secara bersamaan pula? Selain itu, yang telah kita baca sejauh ini baru sebatas kesimpulan dari berbagai hal yang dilakukan rayap.
Keistimewaan rayap lainnya adalah cara mereka mempertahankan sarang, yang tingginya mencapai lebih dari tujuh meter. Rayap tahu bahwa ada lubang di dinding sarangnya. Dengan memukulkan kepala ke dinding sarang, rayap penjaga memberi peringatan pada seluruh anggota koloni (masyarakat) rayap. Karena mendengar peringatan ini, larva-larva (rayap-rayap yang masih bayi) dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Pintu masuk ke kamar raja dan ratu lantas ditutup dengan dinding yang dibangun dengan cepat. Bagian yang rusak dijaga oleh rayap-rayap penjaga, yang diikuti oleh rayap pekerja yang membawa bahan-bahan untuk memperbaiki dinding kembali. Dalam beberapa jam, wilayah yang rusak telah ditutupi dengan timbunan bahan tersebut. Kemudian, bilik-bilik bagian dalam dibangun. Rayap bertindak atas dasar rencana yang telah dibuat sebelumnya. Setiap anggota koloni mengerjakan tugasnya tanpa menyebabkan kekacauan apa pun.
Kemampuan rayap untuk melakukan semua ini dalam waktu yang sangat singkat adalah bukti adanya komunikasi sempurna di antara rayap-rayap. Namun, ada hal yang jauh lebih menakjubkan tentang rayap-rayap yang membangun keteraturan seperti ini, membangun tempat tinggal seperti gedung-gedung pencakar langit, dan melakukan tindakan pengamanan untuk melindungi koloni mereka. Rayap-rayap itu, ternyata, BUTA. Mereka tidak melihat apa pun saat mengerjakan tugas-tugas ini. Bagaimana makhluk-makhluk ini bisa begitu ahli dan mampu membuat perencanaan seperti itu? Jawaban yang diberikan oleh pakar-pakar evolusi adalah bahwa semua itu terjadi “secara kebetulan”. Jawaban ini tidak benar. Mengapa? Karena bahkan satu hal saja dari keteraturan koloni rayap ini, misalnya saluran peredaran udara, sudah cukup untuk membuktikan bahwa sistem ini tidak bisa terjadi secara kebetulan saja. Pastilah rayap-rayap buta ini tidak dapat memastikan keteraturan yang sempurna ini dan tidak mampu melakukan seluruh pekerjaan ini tanpa cela. Pastilah mereka telah diajari untuk melakukannya.
Rayap termasuk binatang Arthropoda, kelas insecta yang berasal dari ordo isoptera (Bhs Yunani, "iso" berarti sama dan "ptera" berarti sayap) yang dalam perkembangan hidupnya mengalami metamorphosa gradual atau bertahap. Rayap merupakan serangga yang hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna.. Nama ini mengacu pada kasta reproduksi dimana mereka memiliki sepasang sayap dengan bentuk dan ukuran antara sayap depan dan sayap belakang yang sama.
Di alam bebas rayap berperan penting sebagai penjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu dan mengembalikannya sebagai "hara" ke dalam tanah. Namun di pemukiman rayap menjadi hama yang sangat merugikan karena dapat merusak bahan-bahan yang mengandung selulosa yang merupakan sumber makanan bagi rayap, seperti: kayu, kertas, kain, dll sehingga rayap sering ditemukan menyerang kusen-kusen, furniture, gypsum, parquet, dll. Di seluruh dunia jenis-jenis rayap yang telah dideskripsikan dan diberi nama ada sekitar 2000 spesies dan dari padanya sekitar 120 spesies merupakan hama, sedangkan di negara kita dari kurang lebih 200 spesies yang dikenal baru sekitar 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutan/pertanian.
KLASIFIKASI RAYAP
Rayap secara taksonomi dikelompokkan ke dalam Filum: Artropoda , Kelas: Insecta, Ordo: Isoptera (iso = sama dan ptera = sayap). Rayap dibagi atas beberapa suku yaitu:
Mastotermitidae
Kalotermitidae
Termopsidae
Hodotermitidae
Rhinotermitidae
Serritermitidae
Termitidae
KOLONI RAYAP
Sebagian masyarakat juga sudah mengetahui bahwa dalam koloni setiap jenis rayap, terdapat beberapa kasta individu yang wujudnya berbeda, yaitu:
1. Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh.
Koloni akan membentuk "ratu" atau "raja" baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru.
2. Kasta prajurit. Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui "suara" tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati.
Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti "tusuk") sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang berbentuk kepala bulldogtugasnya hanya menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes, Microtermes dan Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (p. makro) dan prajurit kecil (p. mikro)
3. Kasta pekerja. Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya melulu hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan -- membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri.
Dari kenyataan ini maka para pakar rayap sejak abad ke-19 telah mempostulatkan bahwa sebenarnya kasta pekerjalah yang menjadi "raja", yang memerintah dan mengatur semua tatanan dan aturan dalam sarang rayap. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap.
Pada rayap terjadi pembagian polimorfisme artinya di dalam satu spesies terdapat bermacam-macam bentuk dan tugas yang berbeda. Rayap hidup berkoloni, dalam koloni terdapat pembagian tugas kerja yaitu :
1. Ratu, yakni laron (rayap betina fertil) biasanya tubuh gemuk dan tugasnya adalah bertelur.
2. Raja, yaitu laron (rayap jantan fertil) yang tugasnya melestarikan keturunan.
3. Pekerja, rayap yang bertugas member makan ratu dan raja serta menjaga sarang dari kerusakan. Sifat rayap pekerja dan serdadu bersifat steril.
SIKLUS HIDUP RAYAP
Kelompok hewan ini pertumbuhannya melalui tiga tahap yaitu telur, nimfa dan tahap dewasa. Setelah menetas dari telur nimfa akan menjadi dewasa dengan melalui beberapa instar, yaitu bentuk diantara dua masa perubahan. Bentuk ini sangat gradual, sehingga baik dari bentuk badan pada umumnya, cara hidup maupun makanan pokok antara nimfa dan dewasa adalah serupa. Pada nimfa yang bertunas sayapnya akan tumbuh lengkap pada instar terakhir, saat binatang itu mencapai kedewasaan.
Telur yang menetas yang menjadi nimfa akan mengalami 5-8 instar. Jumlah telur rayap bervariasi, tergantung kepada jenis dan umur. Saat pertama bertelur betina mengeluarkan 4-15 butir telur. Telur rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna putih. Panjang telur bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur C. curvignathus akan menetas setelah berumur 8-11 hari.
Dalam perkembangan hidupnya berada dalam lingkugan yang sebagian besar diatur dalam koloni dan terisolir dari pengaruh nimfa sesuai dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat diatur menjadi anggota kasta, yang diperlakukan bahwa nasib rayap dewasa an siap terbang dapat diatur. Kasta pekerja jumlahnya jauh lebih besar dari seluruh kasta yang terdapat dalam koloni rayap. Nimfa yang menetas dari telur pertama dari seluruh koloni yang baru akan berkembang menjadi kasta pekerja. Waktu keseluruhan yang dibutuhkan dari keadaan telur sampai dapat bekerja secara efektif sebagai kasta pekerja pada umumnya adalah 6-7 bulan. Umur kasta pekerja dapat mencapai 19-24 bulan.
Kasta pekerja berikutnya berbentuk dari nimfa-nimfa yang cukup besar dan mempunyai warna yang lebih gelap dibandingkan dengan anggota perbentukan pertama. Kepala dilapisi dengan polisakarida yang disebut kitin dan menebal pada bagian rahangnya. Pada segmen terakhir dari pangkal sterink terdapat alat kelamin yang tidak berkembang dengan sempurna sehingga membuat kasta pekerja ini menjadi mandul . Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron . Rayap pekerja bertubuh lunak dan berwarna putih. Sayap depan dan belakang ukurannya hampir sama dan diletakkan datar diatas abdomen pada waktu beristirahat. Bila sayap rayap terputus sepanjang sutera, hanya meninggalkan dasar sayap atau potongan yang menempel pada thoraks. Abdomen pada rayap lebih berhubungan dengan thoraks, kasta yang mandul (pekerja dan serdadu) pada rayap terdiri dari 2 kelamin.
Kasta – kasta reproduktif terbentuk dari telur yang dibuahi . Kepala berwarna kuning, antena, labrum dan pronotum kuning pucat. Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya. Antena terdiri dari 15 segmen. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antara sebelah dalam dari mandibel kanan sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang badan 5,5-6 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen bewarna putih kekuning-kuningan .
PERILAKU RAYAP
Semua rayap makan kayu dan bahan berselulosa, tetapi perilaku makan (feeding behavior ) jenis-jenis rayap bermacam-macam. Hampir semua jenis kayu potensial untuk dimakan rayap. Memang ada yang relatif awet seperti bagian teras dari kayu jati tetapi kayu jati kini semakin langka. Untuk mencapai kayu bahan bangunan yang terpasang rayap dapat "keluar" dari sarangnya melalui terowongan-terowongan atau liang-liang kembara yang dibuatnya. Bagi rayap subteran (bersarang dalam tanah tetapi dapat mencari makan sampai jauh di atas tanah), keadaan lembab mutlak diperlukan. Hal ini menerangkan mengapa kadang-kadang dalam satu malam saja rayap Macrotermes dan Odontoterme s telah mampu menginvasi lemari buku di rumah atau di kantor jika fondasi bangunan tidak dilindungi. Sebaliknya, rayap kayu kering (Cryptotermes) tidak memerlukan air (lembab) dan tidak berhubungan dengan tanah. Juga tidak membentuk terowongan-terowongan panjang untuk menyerang obyeknya. Mereka bersarang dalam kayu, makan kayu dan jika perlu menghabiskannya sehingga hanya lapisan luar kayu yang tersisa, dan jika di tekan dengan jari serupa menekan kotak kertas saja .
Pola perilaku rayap adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri, mereka hidup didalam tanah dan bila akan invasi mencari objek makanan juga menerobos di bagian dalam, bila terpaksa harus berjalan dipermukaan yang terbuka, mereka membentuk pipa pelindung dari bahn tanah atau humus.
Setiap koloni rayap mengembangkan karakteristik tersendiri berupa bau yang kas untuk membedakannya dengan koloni yang lain. Rayap dapat menemukan sumber makanan karena mereka mampu untuk menerima dan menafsirkan setiap ransangan bau yang esensial bagi kehidupannya. Bau yang dapat dideteksi rayap berhubungan dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri .
EKOLOGI RAYAP
Berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut :
a. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh:Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp., famili Kalotermitidae).
b. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering.
c. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptotermes (Coptotermes spp.) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes untuk bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekali-sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. Coptotermes pernah diamati menyerang bagian-bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang-Jakarta. Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus merkusii dan banyak meyebabkan kerugian pada bangunan.
d. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus) Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap subteran yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya.
Rayap telah hadir di bumi sejak dua ratus lima puluh juta tahun yang lalu, jauh sebelum kehadiran manusia. Sampai saat ini para ahli hama telah menemukan kira-kira 2000 jenis rayap yang tersebar di seluruh dunia, dari 50oLU – 50oLS, sedangkan di Indonesia sendiri telah ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap (Nandika et al, 2003). Kelompok serangga ini mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan serangga lainnya. Kemampuan ini karena rayap hidup dalam sebuah koloni yang saling bekerjasama, setiap anggota koloni memiliki spesialisasi tugas, menjalankan tugas dengan profesionalisme tinggi dan sistem komunikasi di dalam koloni berjalan dengan baik.
Rayap merupakan ancaman pada bangunan gedung baik untuk fungsi hunian, perkantoran, gedung usaha seperti pusat-pusat perbelanjaan, hotel, dan gedung-gedung dengan fungsi lainnya. Tidak ada bagian dari lingkungan permukiman di Indonesia yang steril dari serangan rayap, bahkan di sebagian besar daerah di Jawa frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung lebih dari 25%. Rayap pada saat ini tidak hanya populer menyerang kayu sebagai bagian konstruksi bagunan rumah tinggal sederhana, tetapi telah merambah menyerang gedung-gedung bertingkat tinggi yang dari segi konstruksi hampir-hampir dikatakan aneh terserang rayap karena dilengkapi basement dengan lantai slab beton bertulang dan sangat minimal menggunakan kayu sebagai komponen struktural bangunan. Pada bangunan bertingkat tinggi itu rayap menyerang komponen-komponen kayu sebagai bagian dari ornamen bangunan, atau pelengkap isi bangunan seperti funiture, kitchen set, dan lain-lain. Bahkan pada beberapa kasus serangan rayap menghabiskan dokumen-dokumen yang berada di dalam gedung, menghancurkan wallpaper, merusak parquet, dan bahan-bahan bangunan baru seperti gipsum. Kondisi tersebut merubah status hama rayap yang populer dari an sich hama kayu menjadi hama bangunan, karena tidak hanya menyerang struktur kayu tetapi mengganggu bangunan secara keseluruhan. Perubahan status rayap sebagai hama bangunan, merubah pendekatan teknologi pengendalian rayap dari hanya pengawetan kayu menjadi teknologi dengan pendekatan perlindungan bangunan secara paripurna.
MORFOLOGI RAYAP
Secara morfologi rayap memiliki tiga bagian utama yang meliputi : kepala, toraks dan abdomen. Di beberapa negara sub-tropika rayap dikenal sebagai semut putih (white ant) karena secara selintas antar keduanya mempunyai penampilan yang hampir sama. Padahal terdapat beberapa perbedaan antara rayap dan semut yang meliputi (Pearce, 1997) :
a. Abdomen semut bagian tengah mengecil, sementara rayap tidak.
b. Semut memiliki sepasang sayap, dengan ukuran salah satu sayap lebih kecil dari sayap yang lain. Rayap memiliki sepasang sayap yang sama besar ukurannya.
c. Antena semut bersiku sementara antena rayap lurus
Kelompok serangga ini mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih baik dibanding serangga lainnya. Kemampuan ini karena rayap hidup dalam sebuah koloni yang mampu bertahan hidup lama. Anggota koloni rayap hidup dalam jumlah besar dan berspesialisasi menjadi tiga kasta : pekerja, prajurit, dan reproduktif. Setiap kasta berbeda secara morfologi maupun fungsinya di dalam koloni. Kasta pekerja adalah anggota koloni yang berfungsi mencari makan, memperbesar sarang, memberi makan kasta lainnya, dan melayani kebutuhan ratu. Kasta prajurit hanya berfungsi sebagai penjaga koloni dari musuh-musuh alaminya. Sementara kasta reproduktif berperan untuk memperbanyak anggota koloni. Rayap merupakan seranggga dengan metamor fosis tidak sempurna. Siklus hidup rayap terdiri dari telur, nimfa dan dewasa. Sementara pada semut, metamorfosis yang terjadi berlangsung sempurna yang meliputi fase telur, larva, pupa dan dewasa. Siklus hidup rayap disajikan pada Gambar 1.
BIO-EKOLOGI RAYAP
Hingga saat ini di seluruh dunia tersebar kira-kira 2500 jenis rayap dan di Indonesia ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap (Nandika et al, 2003). Dari semua jenis rayap yang ada tersebut kira-kira hanya sepuluh persen yang menimbulkan kerusakan baik pada tanaman maupun pada kayu sebagai komponen bangunan.Rayap juga merupakan satu-satunya kelompok serangga yang mampu memanfaatkan selulosa sebagai sumber makanannya. Bahan makanan ini merupakan salah satu bahan yang terbesar kelimpahannya di bumi. Selulosa dalam tubuh rayap dicerna dengan bantuan organisme simbion yang hidup di dalam saluran pencernaan nya. Organisme inilah yang menguraikan selulosa menjadi senyawa-senyawa sederhana yang mampu diserap oleh rayap. Sifat biologi rayap yang utama meliputi Trophalaksis, yaitu saling memberi makan, Kanibalistic yaitu sifat rayap yang memakan bangkai anggota koloni yang sudah mati, dan Kriptobiotic, sifat rayap yang takut dengan cahaya.
Habitat rayap terbagi menjadi rayap-rayap hidup di dalam tanah, di dalam kayu kering, di pohon-pohon hidup, atau di kayu-kayu lembab. Pada lingkungan perkotaan dua kelompok rayap yang penting adalah rayap tanah dan rayap kayu kering. Rayap tanah hidup bersarang di dalam tanah. Kelompok rayap ini di dunia dikenal sebagai kelompok subterranean termites. Kehadirannya terutama dipengaruhi oleh suhu, kelembaban tanah, tipe tanah serta vegetasi (Peter, 1996).
Tanah merupakan tempat hidup rayap, dimana tanah dapat mengisolasi rayap dari suhu dan kelembaban yang ekstrim. Keberadaan jenis rayap tertentu dapat meningkat kan kesuburan tanah, karena aktivitas rayap daapt mengubah profil tanah, mem pengaruhi tekstur tanah dan pendistribusian bahan organik. Secara umum rayap tanah menyukai tipe tanah yang mengandung liat dan tidak menyukai tanah berpasir dikarena kan tanah berpasir memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Ada beberapa jenis rayap tertentu yang hidup digurun pasir seperti Amitermes dan Psammotermes, keberadaan mereka dapat dapat meningkatkan infiltasi air.
Rayap mampu memodifikasi profil dan sifat kimia tanah sehingga menyebabkan terjadinya perubahan vegetasi. Contohnya pada sarang rayap Macrotermes cenderung lebih banyak mengandung silika sehingga hanya jenis-jenis tertentu yang dapat tumbuh disekitar dan diatas srang rayap tersebut. Suatu koloni besar Macrotermes didalam habitat savana, dapat memindahkan lebih dari satu ton vegetasi setiap tahun. Sarang rayap Macrotermes dapat mencapai ketinggian 10 meter dan berdiri sangat kokoh tidak mudah hancur oleh hujan dan angin. Didalam hutan, khususnya hutan hujan peranan rayap sangat penting sebagai dekomposer serasah dilantai hutan. Jika kita masuk kedalam hutan dataran rendah, banyak sekali kita dijumpai gumpalan-gumpalan tanah yang merupakan kotoran atau bekas makaan rayap. Rayap juga akan menghancurkan pepohonan yang tumbang sehingga akan mudah terurai oleh dekomposer yang lebih kecil lagi.
Di padang savana Arizona, dijumpai rayap jenis Heterotermes aureus, rayap tersebut mampu mengkonsumsi kayu seberat 78,9 kg/ha pertahun. Serangan rayap-rayap ini banyak dilakukan pada pohon-pohon yang mati setelah turun hujan. Hodotermes didaerah gurun Afrika Selatan berperan penting dalam siklus nutrien tanah. Dengan adanya rayap sangat mendukung pertumbuhan tanaman karena rayap membawa air ke darah tumbuh tanaman sehingga ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
Beberapa jenis rayap tanah mampu beradaptasi pada lingkungan ciptaan manusia misalnya di dalam bangunan gedung dengan memanfaatkan suhu dan kelembaban yang terdapat di dalam bangunan tersebut untuk membuat sarang-sarang antara (secondary nest). Akibat kemampuannya tersebut beberapa jenis rayap ini banyak berperan sebagai hama bangunan.Di Indonesia beberapa jenis rayap tanah yang paling berbahaya adalah dari kelompok genus Coptotermes sedangkan di negara-negara lain seperti di Amerika dari 45 jenis rayap hanya dua di antaranya berperan sebagai hama utama yaitu Reticulitermes hesperus dan R. flavipes ditambah rayap migran, yaitu C. formosanus (Tamashiro dan Yates, 2007).
Rayap tanah Coptotermes merupakan jenis yang paling sukses hidup di lingkungan perkotaan. Serangga ini dapat membentuk koloni dalam jumlah yang besar dan memiliki wilayah jelajah yang tinggi. Pendugaan jumlah individu dalam koloni dan wilayah jelajahnya dapat ditentukan dengan teknik penandaan dan penangkapan berulang. Su dan Robinson (1996) menduga dalam koloni Coptotermes formosanus yang besar diduga terdiri dari tujuh juta individu rayap dengan wilayah jelajah 3500 m2, dan dalam koloni yang kecil berjumlah 1 juta individu dengan wilayah jelajah 1300 m2. Sementara itu dalam koloni Coptotermes curvignathus dapat dijumpai lebih dari satu juta individu dengan wilayah jelajah sekurang-kurangnya 450 m2 (Nandika, et al, 2003). Berdasarkan hal tersebut, tidak mengherankan apabila dibandingkan dengan jenis rayap lainnya, rayap Coptotermes lebih berbahaya menyerang bangunan gedung. Bahkan serangannya tidak terbatas pada tipe bangunan sederhana tetapi juga mampu menyerang objek-objek serangan yang tinggi pada bangunan-bangunan bertingkat jauh di atas permukaan tanah.
MANFAAT KEBERADAAN RAYAP BAGI LINGKUNGAN
Kadangkala timbul masalah akibat aktifitas rayap, terutama pembangunan sarang diatas tanah adalah ketidak seimbangan nutrisi (mineral dan bahan organik). Akan terdapat daerah yang kaya akan nutrisi dan sebaliknya akan terdapat daerah yang miskin nutrisi. Didaerah yang terdapat rayap dan cacing tanah secara bersamaan maka tanah akan cendrung memiliki nutrisi yang seimbang. Dalam sarang rayap Macrotermes, kation nitrogen dan fosfor meningkat, sedangkan karbon dilepaskan keudara dalam bentuk karbondioksida dan metana. Didaerah padang pasir aktivitas rayap sangat penting perannya dalam akumulasi mineral. Pada sarang Anacanthotermes ditemukan kandungan garam yang sangat tinggi. Demikian pula ditempat ratu adalah suatu tanah yang keras yang merupakan akumulasi mineral seperti silika, aluminium, kalsium, besi, magnesium, kromium serta vanadium. Didalam sarang rayap Odontotermes kandungan mineral yang cukup tinggi adalah peroksida, aluminium oksida dan kalsium karbonat.
Liang kembara rayap didalam tanah dapat meningkatkan jumlah udara dan air didalam tanah dan memperbaiki tekstur tanah dengan mencampur tanah bagian atas dan bagian bawah. Fraksi debu pada sarang rayap mempunyai kemampuan menyerap air lebih baik dibandingkan tanah sekelilingnya. Melalui peningkatan kapasitas air tanah, rayap juga memberikan peluang untuk masuknya mikroorganisme tanah lain dan mempermudah penyebaran akar-akar tanaman.Gas metana yang dihasilkan oleh rayap mempunyai kontribusi penting pada efek rumah kaca sehingga meningkatkan temperatur global. Seperlima gas metana yang terdapat di dunia dihasilkan oleh rayap. Setiap kayu dan humus yang dimakan oleh rayap merupakan penyebab dihasilkannya gas metana. Gas metana terrbanyak dihasilkan oleh hutan tropis dikarenakan di hutan tropis memiliki persediaan kayu dan humus yang tinggi.